Info sangat penting: Rokok yang menyehatkan. Klik banner ini:

Selasa, 21 Oktober 2008

Keturunan Langsung

Garis keturunan Abdul Razak dapat digambarkan sebagai berikut:


Adalah Ky. Nawawi II yang tinggal di Parakan, sebuah desa 5 km sebelah timur Karanganyar Surakarta, memiliki seorang putri. Putri ini kemudian dinikahi pemuda Abdul Rohman yang juga tinggal di Parakan Karanganyar. Dari perkawinan ini kemudian lahir Abdul Razak. Pemuda Abdul Razak yang petani merasa di desanya tidak memungkinkan untuk bercocok-tanam karena tanahnya penuh bebatuan, ia mendapat kabar bahwa di sebelah utara Gunung Lawu tanahnya subur. Ia pun kemudian merantau dari desa sebelah barat Gunung Lawu (Parakan) ke desa sebelah utara Gunung Lawu (Tempurejo). Abdul Razak kemudian menikah dengan putri Ky Kasan Ngali dari Garwa III dan menetap di Desa Tempurejo Kelurahan Banyubiru Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi.


Ky. Kasan Ngali sendiri adalah putra dari Ky. Zainal Ngali, seorang ‘juru basa’ Kanjeng Gendingan. Sejarah ini kira-kira terjadi pada masa penjajahan Belanda hingga masa kemerdekaan Indonesia. Tidak ada catatan sahih yang menulis sejarah ini. Saya hanya menemukan kertas hasil foto copy dari tulisan mesin ketik. Penulisnya sendiri juga tidak saya ketahui. Menurut cerita, apabila ditarik garis keturunan ke atas, akan sampai pada Prabu Brawijaya IV, wallahualambisawab.


Hasil perkawinan Abdul Razak kemudian menurunkan 5 orang anak, berturut-turut adalah: Astimah (wanita), Astingah (wanita), Ashabul Kahfi (pria), Askiroh (wanita) dan Aspiyah (wanita). Tahun kelahiran maupun tahun wafat mereka juga tidak diketahui. Seingat saya waktu saya masih SD (kira-kira tahun 1970), Ny. Aspiyah (mbah Muhdi putri - begitu saya sering menyebutnya), keturunan langsung Abdul Razak yang terakhir, wafat.


Blog ini, berikut link terkait akan memberkaskan keturunan dari Abdul Razak ini. Tentu saja akan menuliskan keturunan dari keempat putri Abdul Razak, karena putra ketiga Abdul Razak bernama Ashabul Kahfi wafat sebelum menikah. Saya mengundang Anda yang faham tentang garis keturunan beliau agar dapat memberi masukan yang dapat memperkaya informasi sehingga lebih lengkap.


Anak pertama Abdul Razak, Astimah dinikahkan dengan pemuda sedesa. Nama berikut garis keturunan pemuda tersebut tidak saya ketahui. Setelah menikah kemudian mereka diberi nama tua: Imam Muhtar.

Pernikahan ini menurunkan 9 anak, berturut-turut: Rofi’i (pria), Sutirah (wanita), Sutimah (wanita), Abdul Salam (pria), Muhtarom (pria), Muhammad Sulaihan (pria), Fadhilah (wanita), Zainudin (pria) dan Mansyur Muhtar (pria). Keluarga ini menetap di Desa Tempurejo Kelurahan Banyubiru Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi. Seiring dengan perkembangan jaman, anak-anak mereka kemudian pindah ke daerah-daerah lain.


Anak kedua Abdul Razak, Astingah dinikahkan dengan pemuda sedesa. Nama berikut garis keturunan pemuda tersebut tidak saya ketahui. Setelah menikah kemudian mereka diberi nama tua: Imam Mukmin. Pernikahan ini menurunkan 7 anak, berturut-turut: Hamidah (wanita), Muhammad Muhson (pria), Musringah (wanita), Muhammad Mursid (pria), Habibah (wanita), Siti Najizah (wanita) dan Muhammad Zainal Furqon. Keluarga ini menetap di Desa Tempurejo Kelurahan Banyubiru Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi. Seiring dengan perkembangan jaman, anak-anak mereka kemudian pindah ke daerah-daerah lain.

Anak ketiga Abdul Razak, Ashabul Kahfi wafat sebelum menikah.

Anak keempat Abdul Razak, Askiroh dinikahkan dengan pemuda sedesa bernama Abdul Manaf bin Hasan Ruba’i. Setelah menikah kemudian mereka diberi nama tua: Imam Mukti. Pernikahan ini menurunkan 4 anak, berturut-turut: Muhammad Marwah (pria), Imam Suhadi (pria), Muhammad Syamsuddin (pria), Siti Maunatun (wanita). Keluarga ini menetap di Desa Tempurejo Kelurahan Banyubiru Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi. Seiring dengan perkembangan jaman, anak-anak mereka kemudian pindah ke daerah-daerah lain.

Anak kelima Abdul Razak, Aspiyah dinikahkan dengan pemuda yang merantau ke desa itu bernama Muhammad Jahid bin Kasan Dimejo yang berasal dari Parakan Karanganyar. Setelah menikah mereka diberi nama tua: Imam Muhdi. Pernikahan ini menurunkan 9 anak, berturut-turut: Jariyah (wanita), Mustajab (pria), Mustaqim (pria), Mustahar (pria), Mustamtingah (wanita), Muhammad Sholeh (pria), Mustamtono (pria), Purnomo Sidi (pria) dan Mustamtiroh (wanita). Keluarga ini menetap di Desa Tempurejo Kelurahan Banyubiru Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi. Seiring dengan perkembangan jaman, anak-anak mereka kemudian pindah ke daerah-daerah lain.